ADA APA DENGAN HATI?

ADA APA DENGAN HATI?
Ibarat dua sisi mata uang yang tidak akan pernah bertemu, begitu pula dua sisi hati (arab= al-qalb) yang tidak pernah  akur bersama. Hati yang lebih cenderung dalam kebaikan, maka sisi keburukan akan dapat diredam. Sebaliknya jika hati lebih didominasi keburukan, sifat baiknya akan hilang. Kebijaksanaan seseorang juga sangat ditentukan pada dua sisi jiwanya. Al-Qur'an memberitahu kita bahwa tingkah laku yang mengikuti nafsu adalah tidak bijaksana. Sebaliknya, setia kepada sisi baik dari jiwa membawa kepada kebijaksanaan.

          Hati gampang berubah, sukar dibaca, senantiasa berkembang, dan pasang-surut. Karena sifatnya tersebut, manusia harus menjaga hatinya dengan baik. Hati yang tidak terjaga akan berubah menjadi hati yang sakit (al-qalb al-maridh). Sebagai contoh betapa banyak manusia cerdas, namun dipandang orang hina hanya karena hatinya sakit.
Rasul bersabda, "Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati." (Al-Hadis). Betapa hebatnya kecerdasan pikiran seseorang, pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebusukan hatinya. Orang seperti itu biasanya akan marah pada kebenaran dan senang pada kebatilan. Jika hal tersebut terjadi, maka itulah ciri-ciri orang yang sedang sakit hatinya. Sama seperti anggota tubuh lainnya, hati yang sakit bisa dilihat dari tiga hal. Pertama, kemampuan indera yang ada di dalam hati akan hilang secara total. Hati seperti ini akan menjadi buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Ia tidak bisa membedakan antara kebenaran, kesesatan, ketakwaan, kemaksiatan, dan lain sebagainya.
Kedua, kemampuan indera yang ada di dalam hati menjadi lemah. Padahal sebenarnya, kemampuan indera tersebut kuat. Sama seperti anggota tubuh lainnya, jika sedang dalam keadaan seperti ini, hati berarti butuh asupan gizi. Ketiga, hati tidak bisa melihat sesuatu dalam bentuk yang sebenarnya. Seperti melihat kebenaran menjadi kesesatan, kesesatan menjadi kebenaran, merasakan manis menjadi pahit, dan pahit menjadi manis.
Ulama menjelaskan bahwa kemaksiatan batin itu lebih parah dari pada kemaksiatan zahir ditinjau dari beberapa sisi. Beberapa sisi tinjauan yang menunjukkan bahwa dari sisi-sisi tersebut bisa dikatakan kemaksiatan batin lebih parah dari pada kemaksiatan zahir, yaitu: Kerusakan hati adalah pokok kerusakan zahir, Dosa zahir penyebabnya adalah kerusakan batin dan  dampak negatifnya sangatlah besar, Taubat dari dosa batin lebih sulit daripada taubat dari dosa zahir, Dosa besar (kabair) hati lebih besar daripada dosa besar zahir.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa,
“(Amalan) wajib hati lebih wajib daripada amalan wajib anggota tubuh zahir, adapun amalan sunnah hati lebih dicintai oleh Allah daripada amalan sunnah zahir”. Dari sini kita ambil pelajaran sebagaimana ketaatan batin lebih utama daripada ketaatan zahir, maka dosa besar hati lebih besar dari dosa besar zahir.
Ibnul Qoyyim rahimahullah juga menjelaskan : “Dosa-dosa besar, seperti riya’ (pamer keta’atan), ujub (bangga/takjub terhadap amal), kibr (sombong), fakhr (membanggakan amal), khuyala` (angkuh), putus asa, tidak mengharap rahmat Allah, merasa aman dari makar Allah, riang gembira atas penderitaan kaum Muslimin, senang atas musibah yang menimpa mereka, senang dengan tersebarnya fahisyah (maksiat) di tengah-tengah mereka, dengki terhadap anugerah Allah kepada mereka, berangan-angan anugerah tersebut hilang dari mereka, dan hal-hal yang mengikuti dosa-dosa ini yang statusnya lebih haram dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar yang zahir selain keduanya (Madarijus-Salikin,Ibnul Qoyyim rahimahullah 1/133).\

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali rahimahullahuanhu didalam kitabnya “al-Arba’in fi Usuluddin”, yang kemudian dipetik oleh Syeikh Abdus Samad Palembani didalam kitab “Hidayatus Salikin”, pernah menuliskan 10 maksiat batin (penyakit hati) yang mesti dijauhi individu manusia agar memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat, yaitu:

1)Syarahut Tha’am- yakni gemar kepada memperbanyakkan makan.(Hidayatus salikin)
Manusia yang di fikirannya, banyak dan kerap memikirkan makanan saja. Sekalipun itu dari makanan yang halal. Makan sampai memenuhi lambung perutnya, Sedangkan Sayyidina Rasulullah Saw pernah menyampaikan, yang maknanya ... Makanlah kalian sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang. Makanlah sekadar cukup untuk perut sendiri jangan sampai padat. Dan sebaik-baiknya cukup kadar untuk bertenaga untuk dapat tenang beribadah khushu, atau bertenaga untuk berkerja, atau konsentrasi untuk belajar. Atau untuk dapat menjalankan tugas dan aktifitas lainnya yang baik, yang tidak melanggar syariah. Sekali-kali ketika kita terlalu berhasrat untuk makan sesuatu, maka hiraukan dan jangan tururi keinginan tersebut, hal ini semata-mata agar kita tidak diperbudak oleh makanan. maka Wallahu a'lam

2)Syarahul-kalam- yakni gemar sangat memperbanyakkan perkataan. (Hidayatus salikin)
Pepatah mengatakan “mulutmu harimau mu”, maka semakin banyak bicara akan semakin banyak salah sehingga bisa jadi berdampak buruk bagi si pembicara. Muslim sebaiknya dapat menahan diri tidak banyak berbicara yang tidak bermanfaat bagi akhirat, terlebih-lebih berbicara yang buruk lagi dapat menyakiti sesama muslim. Seperti Fitnah, Gibah, atau yang sejenisnya. berbicaralah yang benar, baik, lagi bermanfaat. baik itu untuk urusan duniawi, lebih-lebih mengenai urusan agama yg dpat membawa keselamatan bersama di akhirat kelak. Berbicara atau menyampaikan sesuatu yang benar dan baik pun, ada ilmunya. Bahkan harus berdasarkan ke-ilmuan yang benar, bila mana hal itu terkait perihal Hukum dan Tuntunan. Wallahu a'lam

3)Ghadab-yakni marah
Sabda Nabi Sallalhualaiwasalam,  ‘orang yang kuat bukan terletak pada kuatnya dia tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya’. Kalau kita baca hadis arbain imam Nawawi rahimahullahuanhu, ada hadis Rasulullah s.a.w mengingatkan umatnya dari sifat marah berulang-ulang kali.

4)Hasad-yakni dengki-penyakit yang tersimpan dalam hati, kebiasaannya bertitik tolak dari rasa tidak senang dengan kesenangan orang lain.

5)Al-bukhlu wa hubbul-maal; bakhil dan cinta pada harta-yakni bersifat kikir, rakus dan sayang pada harta. Membawa berat dengan sedekah jariah, dan selalu merasa ingin memiliki berbagai hal. Hal tersebut berpeluang besar kufur akan nikmat. Sulit menumbuhkan sifat syukur dalam hatinya.

6)Hubbul-jaah-yakni kasih akan kemegahan.Suka pada gelar, puji-pujian, jabatan tinggi menjadi impian yang lebih utama tanpa ada kaitan dengan Allah.

7)Hubbud dunya-yakni cinta dunia, sayang harta, sayang isteri-isteri dan anak-anak, rumah, kendaraan, jabatan tinggi, pangkat, dan puji-pujian. sayang isteri dan anak, serta segala hal kedunia-an tanpa meletak Allah dan Rasul-Nya sebagai keutamaan, hanya akan membawa kesengsaraan, kekecewaan, dan Celaka yang amat besar baginya kelak. Letakkanlah dunia hanya di genggaman, maknanya ia hanya persinggahan laksana halte atau hotel. Mengapa engkau bangun dan hiasi ia, sedang kelak ia akan engkau tinggalkan.

8)Takabbur- yakni membesarkan diri atau sombong. merasa lebih seperti, berharta, berilmu, berjabatan tinggi, berhasil sukses, berpangkat atau apa saja lebih dari orang lain, dan ia kerap melupakan adanya tangan-tangan/ kuasa Allah Swt, ia lengah akan sifat ke Maha Kuasa-an Nya Allah Swt. Hindarilah muslim dari sifat yang demikian ini.

9)Ujub-yakni rasa heran akan dirinya, dan rasa dalam hati telah menjadi hamba yang mulia/ soleh, sebab diri merasa banyak beramal ibadah, beramal kebajikan. ia lalai dan lengah bahwa ada Qudrat dan Iradat Nya Allah Swt, serta lupa atau tak mengerti akan Sifat-Sifat Allah Swt Yang Maha Besar lagi Agung.

10)Riya;- yakni senang akan puji-pujian, atau gelar ke-muliaan dari makhluk-mahluk Nya, supaya mendapat kemudahan dan kesenangan padanya. Beribadah bukan sepenuh hati mengharap ridho Nya Allah,ikhlas krna Allah, bukan kerana diri hamba Allah. ia merasa dan ingin menunjukkan kehebatan diri. Semua semata mengandung pengharapan kepada sesama mahluk Nya Allah Swt..

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…bahwa (dosa) engkau mencela saudaramu karena melakukan suatu dosa (bisa jadi) lebih besar dan lebih parah daripada dosa saudaramu itu karena dalam celaanmu itu terdapat perasaan takjub terhadap ketaatan(mu), mensucikan diri, membanggakan, menyebut-nyebutnya, dan mengklaim (dirimu) bersih dari dosa itu (dengan sombong), sementara (disisi lain, engkau merendahkan) saudaramu itu terjatuh kedalamnya” (Madarijus Salikin,Ibnul Qoyyim 1/195).
Lalu, bagaimana menjaga hati agar tetap sehat? Ibnul Qayyim menjelaskan, agar hati bisa tetap sehat, ia bisa dilakukan dengan tiga cara; menjaga kekuatan hati, melindungi hati dari hal-hal yang membahayakan, dan membuang zat-zat yang berbahaya bagi hati. Kekuatan hati bisa didapatkan dengan iman. Dan iman merupakan sumber kekuatan hati paling utama. Jika iman hilang, hati akan menjadi sakit.

Sedangkan untuk melindungi hati dari hal-hal yang membahayakan, bisa dilakukan dengan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Sebab, kedua hal ini yang dapat membuat hati menjadi sakit. Ia sama dengan racun yang jika dikonsumsi pasti akan membahayakan tubuh.

Terakhir, agar tetap sehat, zat-zat yang membahayakan hati harus dibuang. Dan, cara paling efektif untuk membuang zat-zat yang berbahaya tersebut adalah dengan tobat dan istighfar. Tobat dan istighfar adalah dua obat yang bisa membuang toksin di dalam hati. Ia bagaikan antibody yang bisa membuat hati tetap sehat.

Lalu, bagaimana untuk menghidupkan hati kembali? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
  1. Berdzikir. Dzikir yang terbaik adalah dengan membaca Al-Quran.
  2. Istighfar. Hal ini berguna untuk meleburkan dosa-dosa kita dan menyadarkan diri atas kesalahan kita.
  3. Doa. Dengan berdoa, manusia menempatkan Allah sebagai Dzat yang paling tinggi, memposisikan Allah sebagai tempat kita meminta, kita kecil dihadapannya, dan hanya Allah Yang Maha Berkuasa.
  4. Shalawat. Hal ini menjadikan Rasul sebagai qudwah bagi kita.
  5. Shalat malam. Begitu banyak keutamaan shalat malam sebagaimana Rasulullah Saw telah ajarkan.
6.    Lakukanlah secara rutin kelima hal tersebut untuk menjaga hati kita agar tidak sakit. Membaca Al-Quran atau berdzikir, beristighfar, berdoa, bershalawat, dan mendirikan solat malam. Semoga akan senantiasa menjaga kita dari keburukan-keburukan yang terjadi dan menjaga hati kita agar tidak sakit.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketaatan batin itu lebih utama daripada ketaatan zahir. Di dalam Madarijus-Salikin (1/121), setelah menyebutkan beberapa contoh amalan hati,
Penutup
Buah pahit dari tidak memperhatikan atau tidak mengetahui masalah dosa hati menyebabkan:
  1. Bisa jadi hati seseorang berlumuran dosa namun ia tidak menyadari,walaupun ia termasuk orang yang –alhamdulillah- telah menjaga penampilan zahir dan perbuatan anggota tubuhnya, sehingga sesuai dengan sunnah, namun sayangnya ia lalai menjaga sesuatu yang lebih penting dari zahir ,yaitu hati.
  2. Bisa jadi orang yang mencela dan membuka aib saudaranya yang berdosa lebih besar dosanya daripada saudaranya yang dicela tersebut disebabkan kemaksiatan yang ada dalam hatinya.

Saudaraku, ingatlah: awalilah dengan membersihkan hati, jika hati Anda baik, Allah akan mudahkan Anda bersih dari berbagai macam kemaksiatan


Sebagian diambil dari: 
http://www.dakwatuna.com/2014/02/12/46150/menjaga-hati-agar-tidak-sakit/#ixzz4XaBR16so
http://muslim.or.id/24037-dosa-batin-lebih-parah-daripada-dosa-zahir.html



No comments:

Post a Comment