Showing posts with label karya ilmiah. Show all posts
Showing posts with label karya ilmiah. Show all posts

MACAM-MACAM METODE PENELITIAN

A. Pengertian Metode Penelitian
Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2003:24). Menurut KBBI (2013), metode berarti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

TEKNIK PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF

A.      Rasional
Kata penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemeriksaan yang teliti atau  penyelidikan dengan sungguh-sungguh. Kata penelitian digunakan sebagai padanan kata Research dalam Bahasa Inggris. Kata Research berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Dengan kata lain, secara harfiah arti dari research adalah mencari kembali. Menurut Jhon, penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum. Menurut Ibnu Subiyanto, penelitian adalah suatu proses pencarian kebenaran atau pembuktian terhadap fenomena (gejala) yang dihadapi melalui prosedur kerja tertentu.

cara mudah memahami dan menyusun PTK lulus pemeriksaan tim PAK



            Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh, salam teman, semoga kita selalu dalam rammat dan karunia allah swt. salah satu bentuk pengembangan keprofesian bagi guru adalah menyusun penelitian tindakan kelas (PTK). Namun demikian banyak di antara kita terutama guru sangat dipusingkan dengan yang namanya PTK. PTK seakan menjadi momok tersendiri sehingga tidak jarang seorang guru lebih memilih mengeluarkan biaya lebih sebagai pengganti uang jerih payah seseorang untuk menyusun PTK nya. 
          Menyusun PTK sebenarnya bukan pekerjaan yang sulit mengingat konsep PTK sebenarnya telah diaplikasikan guru dalam pembelajaran. hanya saja faktor ketidakbiasaan saja yang menjadi pembeda. 
semua guru pasti menerapkan model pembelajaran yang dianggap baik sebagai usaha agar peserta didik dapat menguasai konsep materi yang diberikan. namun lagi-lagi kebiasaan yang belum dibiasakan "menulis" yang membuat seorang guru tidak tahu harus memulai dari mana. sementara tim PAK memiliki standar tersendiri dalam memeriksa karya ilmiah guru tersebut. 
         Banyaknya PTK yang ditolak, sebenarnya bukan kesalahan tim PAK, namun memang PTK tersebut belum layak untuk dinilai. jika kita menguasai konsep penulisan PTK. insyaallah PTk yang kita ajukan tidak akan dikembalikan untuk diperbaiki atau buat baru. PTK kita akan diterima dan nyatakan mendapat nilai 4. 
         Berikut saya mencoba memberikan alternatif cara menyusun PTK yang mudah berdasarkan referensi dari para ahli baik saya baca di buku, dari hasil pelatihan penyusunan PTK dan pengalaman pribadi saya dalam menyusun PTK.

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
}  Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah.
}  Dalam latar belakang masalah, peneliti menceritakan hal-hal yang melatarbelakangi mengapa peneliti memilih judul tersebut.
1.      Proses pembelajaran yang ideal bagi guru (misalnya: menggunakan IT, variasi model pembelajaran yang inovatif, dll)
2.      Proses pembelajaran yang ideal bagi siswa (misalnya: Aktif, ada interaksi Tanya jawab, dll)
3.      Kenyataan pembelajaran yang terjadi di lapangan (misal: guru terlalu sering menggunakan metode ceramah saja, siswa tidak aktif)
4.      Hasil belajar siswa selama ini (misal: ketuntasan belajar siswa rendah, dll)
5.      Solusi (penerapan model .....)
6.      Judul yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah


proposal PTK Kimia STAD



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan proses pembelajaran kimia, guru seharusnya dapat mengfungsikan diri sebagai fasilitator, aktivator maupun motivator. Untuk mencapai hal itu semua, guru harus menguasai berbagai macam model pembelajaran, guru juga harus menguasai pembelajaran dengan berorientasi pada teknologi informasi komunikasi.
Namun pada kenyataannya, sebagaimana yang terjadi di MAN Peusangan. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi guru di MAN tersebut, proses pembelajaran yang berlangsung masih berorientasi pada guru, guru berfungsi sebagai sumber informasi utama yang selalu memberikan ceramah dalam mentransfer ilmunya. Atau bahkan siswa ditugaskan untuk mencatat buku maupun catatan di papan tulis. Kegiatan ini juga menyebabkan siswa yang bagus tulisannya menjadi korban karena harus terlebih dahulu menulis catatan di papan tulis.
Kegiatan pembelajaran yang seperti ini, menyebabkan proses pembelajaran yang berlangsung tidak menarik dan terkesan membosankan. Berdasarkan hasil ulangan pada materi sel volta, dari 30 siswa yang mengikuti ulangan harian, hanya 4 siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan minimal. Sementara yang lainnya harus diberikan remedial kembali. Bila dipresentasikan hanya sekitar 13,3% siswa yang telah tuntas belajar. Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika minmal 85% siswa telah mencapai nilai KKM. Kenyataan ini menandakan angka ketuntasan siswa secara klasikal masih sangat jauh dari harapan.
Berdasarkan kondisi yang demikian, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, berpartisipasi aktif, bekerja memecahkan masalah tersebut dengan teman, serta model yang dapat membantu teman-teman yang rendah prestasinya. Ada beberapa model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia diantaranya model pembelajaran kooperatif.
Di antara model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan pada pembelajaran kimia adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Trianto (2009:64), kelebihan dari penerapan model kooperatif tipe STAD diantaranya adalah: Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil, aktif berperan untuk menigkatkan keberhasilan kelompok, interaksi dengan siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dan berpendapat dan interaksi antar siswa juga mampu membantu perkembangan kognitif.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, penulis mencoba untuk memperbaiki proses dan hasil belajar di MAN Peusangan khususnya pada pelajaran kimia materi sel volta melalui penelitian tindakan yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sel Volta Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas XII MAN Peusangan”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.     Apakah melalui melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sel volta di kelas XII MAN Peusangan?
2.     Apakah melalui melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa di kelas XII MAN Peusangan?
selengkapnya dapat didownload di sini

proposal PTK seni MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KRITIK KARYA SENI RUPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS X SMA NEGERI 1 PEUDADA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Seni budaya merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada usaha untuk melestarikan peradaban bangsa melalui pemahaman terhadap sejumlah karya seni budaya bangsa dari berbagai penjuru nusantara yang sangat kaya ragam dan sarat makna. Pendidikan seni bertujuan menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, dan beradab, serta mampu hidup rukun dalam  masyarakat majemuk, mengembangkan  kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, ketrampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam memamerkan dan mempergelarkan karya seni.
Salah satu materi yang diajarkan pada pelajaran seni budaya untuk siswa kelas X Sekolah Menengah Atas adalah materi kritik karya seni rupa. Berdasarkan studi empiris yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Peudada khususnya selama menjadi guru di sekolah tersebut, penulis mendapati bahwa prestasi belajar siswa pada materi kritik karya seni rupa masih rendah, dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan remedial pada materi tersebut. Siswa kurang menyukai materi tersebut dan secara umum memandang seni budaya khususnya yang berkaitan dengan teori sulit serta tidak menyenangkan untuk dipelajari. Hal ini salah satu penyebab adalah kurang tepatnya strategi yang dilakukan oleh guru.
Sebagaimana yang terjadi selama ini bahwa guru mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam belajar kelompok maupun melakukan interaksi Tanya jawab dengan guru. Hanya sebagian kecil siswa yang memperhatikan pelajaran, sementara yang lain asik dengan kegiatan masing-masing.
Salah satu model yang diterapkan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kritik karya seni rupa adalah melalui penerapan model discovery learning. Dalam model discovery learning, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan, selanjutnya siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. Sehingga dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Pada akhirnya akan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
 Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba melakukan suatu penelitian tindakan di SMA Negeri 1 Peudada yang berjudul “Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kritik karya seni rupa melalui model discovery learning di kelas X SMA Negeri 1 Peudada”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.     Apakah melalui model discovery learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kritik karya seni rupa di kelas X SMA Negeri 1 Peudada?
2.     Apakah melalui model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa pada materi kritik karya seni rupa di kelas X SMA Negeri 1 Peudada?
selanjutnya dapat di download di sini

proposal PTK seni MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BERKARYA SENI RUPA DUA DIMENSI MENGGUNAKAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DI KELAS X IPA SMA NEGERI 1 PEUDADA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila  dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan,  penilaian,  dan pertumbuhan rasa memilikimelalui  keterlibatan  peserta  didik  dalam  segala  aktivitas  seni  di dalam kelas dan atau di luar kelas.
Sedangkan  fungsi  dan  tujuan  pendidikan  seni adalah menumbulikan  sikap toleransi, demokrasi, dan beradab, serta mampu hidup rukun dalam  masyarakat majemuk, mengembangkan  kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, ketrampilan, serta mampu menerap-kan teknologi dalam berkreasi dan dalam memamerkan dan mempergelarkan karya seni.
Pengalaman peneliti selama melaksanakan tugas sebagai guru pelajaran Seni di SMA Negeri 1 Peudada. Diketahui siswa kurang antusias dalam pembelajaran pendidikan Seni Rupa. Hal tersebut nampak pada rendahnya respon siswa terhadap  segala informasi yang disampaikan guru sewaktu pembelajaran berlangsung, rendahnya inisiatif siswa  untuk  berkreasi  seni,  dan kurangnya  kegembiraan  siswa sewaktu pembelajaran berlangsung. Karena kurangnya minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Seni Rupa berdampak pada  interaksi  antara  guru,  siswa  dan  materi  pelajaran  kurang  terjalin  positif, serta pada proses pembelajaran siswa pasif tidak adanya kesungguhan. Hal ini telah menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi seni rupa khususnya pada materi berkarya seni rupa dua dimensi.
Berdasarkan hasil ulangan harian pada materi berkarya seni rupa dua dimensi pada tahun sebelumnya. Nilai rata-rata siswa pada materi tersebut tergolong masih rendah. Siswa masih kurang menguasai teknik-teknik yang digunakan dalam seni rupa. Seperti dalam melakukan teknik mengukir, teknik melakukan pencampuran warna, kurang kompeten dalam membuat karya seni rupa 2 dimensi berdasarkan melihat model baik benda hidup benda mati. Siswa juga masih kebingungan dalam mengidentifikasi jenis karya seni rupa 2 dimensi.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab rendahnya nilai pelajaran seni siswa khususnya seni rupa dua dimensi, seperti kurangnya orang tua dan guru menghargai apresiasi dan kreasi siswa, pembelajaran belum mengacu pada pendekatan kontekstual dan masih bersifat monoton, pembendaharan sumber pembelajaran dengan hanya berpatok pada satu buku sumber yang dipegang siswa, serta faktor guru dalam pemilihan model/metode pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui penggunaan model collaborative learning. Model collaborative learning merupakan model pembelajaran yang berkenaan dengan kerja kelompok biasa yang antar anggotanya tidak tergantung satu sama lain. Menurut Trianto (2009:64), kelebihan dari penerapan model collaborative learning diantaranya adalah: Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil, aktif berperan untuk menigkatkan keberhasilan kelompok, interaksi dengan siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dan berpendapat dan interaksi antar siswa juga mampu membantu perkembangan kognitif.
 Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar di SMA Negeri 1 Peudada khususnya pada materi berkarya seni rupa dua dimensi kelas X melalui suatu penelitian tindakan dengan menerapkan model collaborative learning yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi berkarya seni rupa dua dimensi menggunakan model collaborative learning di kelas X IPA SMA Negeri 1 Peudada”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.     Apakah melalui penggunaan model collaborative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi berkarya seni rupa dua dimensi di kelas X SMA Negeri 1 Peudada?
2.     Apakah dengan menggunakan model collaborative learning dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa pada materi berkarya seni rupa dua dimensi yang diajarkan di kelas X SMA Negeri 1 Peudada?
selanjutnya dapat di downlod di sini